twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Cerdas Menyikapi Tayangan Televisi

Bukan perkara menolak kemajuan teknologi pertelevisian, akan tetapi bagaimana mengoptimalkan pemberdayaan fungsinya yang sehingga menghasilkan output positif bagi masyarakat sebagai penonton, dan sebetulnya masih ada 50% lebih tayangan televisi yang bagus, hanya saja kita harus cerdas memilah dan memilih tayangan yang berkualitas yang kita tonton.
Ada sebuh catatan sejarah yang mengemukakan bahwa kini televisi (TV) disejajarkan dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban dunia.

Lagi-lagi, tulisan ini adalah sebagai bentuk keprihatinan saya akan tayangan-tayangan televisi yang makin hari sepertinya makin kurang mendidik terutama untuk anak-anak dibawah umur bahkan balita. Bagaimana tidak, satu contoh ketika dipagi hari saya hendak menonton sebuah berita sepakbola –karena sekarang musim piala dunia-, yang saya dapati justru berita infotainment yang serentak hampir ditiap stasiun televisi swasta yang notabene menampilkan gambar-gambar yang kurang mendidik (seperti busana yang terbuka dll.) dan berita-berita yang kurang bahkan tidak enak didengar terutama oleh anak-anak dibawah umur dan balita. Sebut saja seperti kata-kata selingkuh atau cerai, bahkan akhir-akhir ini sangat akrab dengan kata-kata kasar seperti video porno, adegan mesum, dan sebagainya. Selain itu, ada pula tayangan lain yang miris terdengar, seperti berita pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, korupsi, bunuhdiri, unjukrasa, tawuran, dan kekerasan lainnya, yang sebetulnya tidak pantas untuk didengar oleh anak-anak kecil. Memang itu adalah merupakan sebuah tuntutan begi mereka penyelengara penyiaran televisi, namun pada akhirnya kenyataannya ini menjadi sarapan pagi yang disuguhkan ditengah ruang keluarga.

Ironisnya lagi, tayangan-tayangan itu hampir ada di setiap kesempatan, seperti diwaktu pagi ketika anak-anak sebelum berangkat sekolah, atau siang disaat pulang sekolah, Mungkin tidak terlalu khawatir pada waktu malam karena bias didampingi oleh orangtua disertai penjelasan kepada anak mengenai tayangan yang ditontonnya. Selain itu, ada fakta yang menyebutkan bahwa setiap jam melihat televisi, anak usia 6 -7 tahun menunjukkan penurunan uji membaca, uji membaca komprehensif, dan penurunan memori, karena rata-rata menonton 2 jam sehari. Hal inilah yang menjadi kekhwatiran untuk kita.

Beberapa tahun silam, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat, Bpk. Dadang Rahmat Hidayat menegaskan bahwa televisi sebagai ‘guru bertombol’ “Seharusnya menjadi pemelihara budaya, bukan malah menjadi perusak tatanan budaya yang sudah ada”. Artinya bahwa lembaga penyiaran harus jelas dan positif. Dengan lembaga penyiaran yang sehat diharapkan dapat menghasilkan output yang sehat pula. Jika ternyata hal ini blum tercapai, maka harus dilakukan pembinaan terhadap masyarakat melalui media literacy. Dan beliau juga menegaskan bahwa pada prinsipnya saat ini kontribusi masyarakat terutama orangtua-lah yang sangat diperlukan.

Perlu diakui bahwa sudah banyak penelitian yang membuktikan dampak negative televisi terhadap anak. Mulai dari dampak psikologis seperti penolakan terhadap realitas, dampak pada kecerdasan anak seperti kemalasan,sampai dampak terhadap fisik anak seperti kegemukan. Hasil berbagai penelitian itu terasa cukup mencengangkan, terutama pada anak. Kita sebagai orang dewasa dan orang tua haruslah mewaspadainya, jangan-jangan anak-anak kita termasuk kedalam korban dampak negative dari televisi.

Selanjutnya untuk kendali terhadap media televisi memang perlu kerja yang maksimal dan menyeluruh. Upaya pemerintah menekan pengusaha media televisi saja tidaklah cukup, dalam hal ini yang juga diperlukan adalah kontribusi masyarakat dan peran orang tua sangat dibutuhkan yang secara psikologi sudah seharusnya begitu. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan mengkonsumsi tontonan sehat, upaya ini bisa diterapkan dimulai dari keluarga ditanamkan kepada anak-anak kita agar tidak serta merta terbawa arus dan terpengaruh oleh tontonan yang tidak baik. Terimakasih, semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar